apakah blog saya ini bermanfaat buat anda ?

Jumat, 10 Februari 2012

Meneladani Akhlaq Rasulullah SAW

Meneladani Akhlak Nabi Muhammad Yang Agung

Oleh : Munirul Ihwan, S.Ag., M.S.I
(Praktisi Pendidikan Agama Islam)
Ketika pasukan muslim sedang mengalami krisis motivasi dan semangat untuk berjuang dan bertempur melawan pasukan Nasrani dalam perang salib, maka salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan peringatan maulid (kelahiran) Nabi Muhammad SAW. Perayaan Maulid Nabi ini pertama kali diperkenalkan pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138 M-1193 M). Tujuannya adalah membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. sehingga mampu meningkatkan semangat juang dan loyalitas kaum muslim saat itu sehinggs mampu merebut Kota Yerusalem.
Solusi yang dilakukan Shalahudin ini bisa menjadi pilihan sekolah dalam upaya membina dan meningkatkan moral dan akhlak siswa. Dengan peringatan maulid nabi ini siswa dapat mengetahui rangkaian sejarah hidup Nabi Muhammad dengan berbagai teladan hidupnya.
Muhammad adalah seorang laki-laki mulia yang  dilahirkan tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah atau bertepatan dengan tahun 571 Masehi. Nabi  Muhammad yang penuh berkah ini dilahirkan di sebuah kota Makah al-Mukaramah. Di kota suci tersebut, terdapat Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Ismail, bapak agama monotheisme (agama yang meyakini satu Tuhan) dan leluhur bangsa Arab serta Yahudi.
Muhammad adalah pembawa rahmat untuk seluruh alam. Nilai-nilai Islam yang universal telah dibawa dan ditegakkannya sehingga membuat dunia terang dengan keikhlasan, kejujuran, tolong-menolong, keadilan, kemanusiaan, dan berbagai nilai universal lain yang sebelumnya terkunci rapi di gudang kejahiliyahan.
Muhammad SAW adalah sosok yang paradoks bagi kaum kafir pada waktu itu. Mereka sangat membenci Muhammad karena menyebarkan Islam, tetapi pada saat yang bersamaan mereka memercayakan harta mereka dititipkan kepada beliau karena akhlaknya yang mulia. Mereka sangat ingin membunuh Muhammad karena Islam mengancam jabatan mereka. Namun, mereka meminta dipersatukan oleh Muhammad ketika berseteru dalam peletakan batu Kabah.
Sepenggal kisah kehidupan Rasulullah yang sangat luar biasa yang menunjukan keutamaan akhlak pribadinya barangkali patut disimak.  Ketika Rasulullah SAW sedang bertawaf , beliau mendengar seorang di hadapannya bertawaf sambil berzikir, “Ya, Karim! Ya, Karim!” Lalu, Nabi  menirunya, “Ya, Karim! Ya, Karim!” Orang itu lalu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, lalu berzikir lagi. Dan Nabi Muhammadpun kembali mengikutinya.
Merasa seperti diolok-olok, orang itu menoleh ke belakang. Terlihat olehnya seorang laki-laki yang tampan, yang belum dikenalnya. Orang itu lalu berkata, “Wahai, orang tampan, apakah engkau memang sengaja mengolok-olokku karena aku ini  orang Arab Badui? Kalaulah bukan karena ketampananmu, pasti Engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad.”
Rasulullah SAW pun tersenyum, lalu bertanya, “Tidakkah engkau mengenali nabimu, wahai orang Badui?” Orang itu menjawab, “Belum.” Lalu, Rasulullah bertanya, “Jadi, bagaimana engkau beriman kepadanya?” Si Badui kembali berkata dengan mantap, “Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya walaupun saya belum pernah melihatnya. Saya membenarkan ajarannya sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya.”
“Wahai, orang Badui, ketahuilah, Aku ini nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat,” tutur Rasulullah SAW. Melihat Nabi SAW di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya. “Tuan ini Nabi Muhammad?” Nabi SAW menjawab, “Ya.”
Ia segera menunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah SAW. Melihat hal itu, Nabi SAW segera menarik tubuh orang Badui itu seraya berkata kepadanya, “Wahai, saudaraku, janganlah berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi seorang yang takabur dan yang minta dihormati atau diagungkan. Akan tetapi, Aku diturunkan ke bumi ini demi berita gembira bagi orang yang beriman dan demi berita ancaman bagi yang mengingkarinya.”
Dari sepenggal kisah ini, ada dua makna penting yang dapat dijadikan pelajaran. Pertama, rasulullah adalah bukan orang yang gila hormat, walaupun Beliau adalah orang yang paling terhormat dunia dan akhirat, pembawa kebenaran di dunia dan pemberi syafaat di akhirat kelak Beliau tidak mau dicium kakinya, dan dengan rendah hati menyatakan bahwa Ia bukanlah orang yang takabur
Kedua, yang lebih penting dari pertemuan orang Badui dengan Rasulullah SAW itu adalah kecintaan terhadap Nabi SAW bukan dengan cara memujanya, seperti mencium kaki dan lain sebagainya, sebagaimana orang Badui tadi yang meyakini ajaran rasul walaupun belum pernah bertemu. Sebuah kecintaan yang luar biasa yang berlandaskan kepada keyakinan pada Allah dan rasul-Nya.
Inilah sebuah keteladanan yang luar biasa. Muhammad, manusia agung dan layak dipuji, akan tetapi tidak ingin diagungkan dan dipuji. Manusia mulia yang tidak ingin dimuliakan, tetapi memilih menjadi manusia biasa yang ingin setara dengan sesamanya. Semoga dengan memperingati maulid Nabi tahun ini siswa mampu meneladani  kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW.